BAB I
PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
Dalam hidup, manusia memiliki kebutuhan untuk selalu berada dalam kondisi seimbang atau dikenal dengan istilah "homeostasis" (Ogden, 2007). Saat individu tidak berada dalam kondisi homeostasis, maka ia akan berusaha mengembalikan dirinya kepada keadaan itu supaya seimbang kembali. Kondisi sakit adalah salah satu contoh terganggunya keseimbangan tadi. Lau (dalam Ogden, 2007), mendefinisikan sakit sebagai keadaan di mana orang merasa tidak sehat dan ada yang salah dengan dirinya, dibuktikan dengan adanya gejala-gejala spesifik (psikis maupun fisik) dalam jangka waktu tertentu, dan adanya konsekuensi ketidakmampuan menjalankan fungsi sehari-hari. Ketika sakit dan menjadi tidak seimbang, maka individu akan berusaha mencapai kesembuhan agar kembali pada kondisi homeostasis. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, "kesembuhan" memiliki arti perihal menjadi sehat kembali.

Obat merupakan sedian atau paduan bahan-bahan yang siap digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistim fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan, kesehatan dan kontrasepsi (Kebijakan Obat Nasional, 2005).Defenisi menurut Ansel (1985), obat adalah zat yang digunakan untuk diagnosis, mengurangi rasa sakit, serta mengobati atau mencegah penyakit pada manusia atau hewan.
Plasebo adalah zat yang terlihat menyerupai obat, tetapi sebenarnya netral dan tidak memiliki efek sama sekali. Dalam dunia medis, plasebo lebih sering digunakan dalam penelitian sebagai pembanding untuk mengetahui potensi suatu obat. Peneliti membagi subyek menjadi dua kategori: yang diberi obat sungguhan dan plasebo. Kemasan keduanya sama persis dan subyek tidak diberitahu apakah mendapat obat sungguhan atau plasebo. Bentuk plasebo tidak sebatas pil yang ditelan, namun dapat juga berupa suntikan. Bisa saja “obat” plasebo yang disuntikkan hanyalah ialah air steril biasa.
Bila hendak dipakai dalam suatu penelitian, maka sang peneliti/dokter akan meminta persetujuan tertulis dahulu (informed-consent). Bahkan, tak jarang peneliti dan dokter adalah orang yang berbeda sehingga sang dokter pun tidak tahu mana obat sungguhan atau plasebo (double-blind). Dan, penelitian menggunakan plasebo pun tidak boleh sembarangan. Pasalnya, penyakit pasien haruslah masalah yang belum ada solusi standarnya sehingga tidak berbahaya (harm) bila toh mengonsumsi plasebo.

Terlepas dari perannya dalam penelitian, rupanya plasebo telah menarik minat kalangan dokter/ilmuwan. Karena isi obat plasebo adalah kosong, maka secara logika plasebo tidak akan menimbulkan perbaikan terhadap penyakit. Namun sebaliknya, cukup banyak hasil penelitian yang mengejutkan bahwa plasebo mampu memberikan hasilnya yang positif. Fenomena ini dinamakan efek plasebo.

RUMUSAN MASALAH
Apakah yang dimaksud dengan plasebo?
Apakah efek plasebo?
Bagaimanakah perkembangan plasebo?
Bagaimakah plasebo bekerja?

TUJUAN PENULISAN
Untuk mengetahui yang dimaksud dengan placebo.
Untuk mengetahui efek placebo.
Untuk mengetahui perkembangan placebo.
Untuk mengetahui bagaimana plasebo bekerja.

BAB II
PEMBAHASAN

DEFINISI PLASEBO
Plasebo adalah zat inert yang menyebabkan gejala yang muncul menjadi lebih baik serta zat yang menyebabkan perubahan pada gejala yang tidak berkaitan secara langsung dengan terapi farmakologi/operasi yang sengaja digunakan untuk efek yang tidak spesifik baik psikologis/fisiologis. (Ogden, 2012)
        Istilah placebo berasal dari kata latin yang berarti “I shall please”. (Daruna, 2004). Kata plasebo mempunyai konotasi negatif yang telah tercermin dalam literatur medis. Plasebo ini biasanya digunakan oleh penelitian medis dan obat-obatan. Plasebo ini dapat diasumsikan sebagai perawatan karena memiliki manfaat yang baik bagi manusia. Menurut Hooper’s Medical Dictionary (1811) definisi plasebo adalah sebagai obat untuk menyenangkan orang lain (Fernandez. R, Michael. S, & A. John, 2002).
EFEK PLASEBO
Efek plasebo adalah hasil yang menguntungkan yang timbul semata-mata dari keyakinan bahwa seseorang telah menerima perawatan yang bermanfaat. (Clarke, 2000)
Menurut Clarke et al (dalam Beedie. C. J, 2007), efek plasebo adalah hasil yang muncul murni dari kepercayaan bahwa seseorang telah menerima perlakuan yang menguntungkan. Iverson (dalam Beedie. C. J, 2007) mengemukakan konsep efek plasebo dalam kedokteran, di mana semua obat baru diuji dalam percobaan placebo untuk memastikan bahwa efek farmakologis obat melebihi efek plasebo apapun. Selain itu, Shapiro dan Shapiro (dalam Beedie. C. J, 2007) Menunjukkan bahwa efek plasebo juga dimanfaatkan sebagai langsung intervensi terapeutik, namun klaim bahwa efek plasebo diterima secara universal diterima adalah prematur. Seperti disarankan oleh Ader (dalam Beedie. C. J, 2007), meskipun meningkatkan pengakuan di bidang medis bahwa obat tidak bekerja dalam ruang hampa, tetapi pada organisme kompleks, efek plasebo masih harus dipelajari.
Efek plasebo terjadi ketika seseorang berespon terhadap pengobatan atau tindakan lain karena sesuatu harapan bahwa pengobatan tersebut benar-benar bekerja. Menerima pengobatan atau tindakan saja sudah merupakan efek positif. Harapan positif pasien tentang pengobatan dapat meningkatkan keefektifan medikasi atau intervensi lainnya. Seringkali makin banyak petunjuk yang diterima pasien tentang keefektifan intervensi, makin efektif intervensi tersebut nantinya. Individu yang diberitahu bahwa suatu medikasi diperkirakan dapat meredakan nyeri hampir pasti akan mengalami peredaan nyeri dibanding dengan pasien yang diberitahu bahwa medikasi yang didapatnya tidak mempunyai efek apapun. Hubungan pasien dengan perawat yang positif dapat juga menjadi peran yang amat penting dalam meningkatkan efek plasebo (Smeltzer & Bare, 2002).
Dalam sebuah penelitian, terungkap bahwa jika subjek penelitian berharap bahwa dirinya mendapatkan obat yang bermanfaat untuk kesembuhannya, namun diberi plasebo, terjadi perubahan pada detak jantung dan tekanan darahnya seperti ketika orang lain mendapatkan obat yang asli. Studi yang mendasari bahwa ekspektasi mampu memodifikasi respons dari sistem imun tubuh seseorang adalah classical conditioning. Conditioning telah dikenal sebagai metode untuk meningkatkan ekspektasi, yang mana memungkinkan efek plasebo bekerja dalam beberapa kasus. (Daruna, 2004)
Efek placebo tersebut meliputi:
Gangguan yang dapat sembuh dengan sendirinya. Banyak kondisi seperti flu biasa yang dapat sembuh sendiri. Mereka akan menyelesaikannya sendiri pula, dengan atau tanpa obat kosong dan obat. Sehingga berakhirnya gejala hanyalah kebetulan.
Penyembuhan. Gejala yang berupa gangguan, seperti multiple sclerosis dan lupus, dapat mengalami kemajuan secara bertahap. Penyembuhan selama penggunaan obat kosong mungkin hanya kebetulan, dan itu terjadi bukan karena plasebo sama sekali.
Perubahan perilaku. Obat kosong dapat meningkatkan motivasi seseorang untuk merawat diri sendiri lebih baik. Perbaikan diet, olahraga teratur, atau istirahat mungkin adalah penyebab pengurangan gejala mereka.
Perubahan persepsi. Interpretasi seseorang pada gejala mereka dapat berubah dengan harapan merasa lebih baik. Misalnya, rasa sakit yang menusuk dapat ditafsirkan sebagai perasaan kesemutan yang tidak nyaman.
Pengurangan kecemasan. Minum obat kosong dan berharap untuk merasa lebih baik dapat menenangkan sistem saraf otonom dan mengurangi tingkat kimia stres, seperti adrenalin.
Kimia otak. Obat kosong dapat memicu pelepasan bahan kimia penghilang rasa sakit dalam tubuh, bahan kimia otak ini disebut sebagai endorfin.
Perubahan kondisi otak. Penelitian menunjukkan bahwa otak merespon gambaran keadaan yang sama seperti pada keadaan sebenarnya. Sebuah plasebo dapat membantu otak dalam mengingat waktu sebelum timbulnya gejala, dan kemudian membawa perubahan fisiologis.

        Beberapa faktor yang mempengaruhi efek plasebo, meliputi:
Karakteristik obat kosong. Jika pil terlihat asli, orang yang meminumnya lebih mungkin untuk percaya bahwa itu mengandung obat. Pil berukuran lebih besar memiliki dosis yang lebih kuat daripada pil kecil, dan mereka yang meminum dua pil akan lebih cepat bereaksi dibandingkan hanya menelan satu. Umumnya, suntikan memiliki efek yang lebih kuat dibandingkan dengan pil.
Sikap seseorang. Jika seseorang mengharapkan pengobatan berhasil, kemungkinan efek plasebo akan lebih tinggi.
Hubungan antara dokter dan pasien. Jika seseorang percaya pada dokter mereka, mereka lebih cenderung untuk percaya bahwa obat kosong tersebut akan bekerja.

PERKEMBANGAN PLASEBO
Percobaan placebo kali pertama dilakukan pada 1801. John Haygarth, seorang dokter abad ke-18 asal Inggris, menyatakan bahwa eksperimen tersebut dengan jelas membuktikan efek yang amat luar biasa dari suatu harapan dan keyakinan, antusiasme hanya berdasarkan imajinasi, dapat dilakukan pada suatu penyakit.
Di penghujung 1950-an, saat itu ada keyakinan bila pembedahan untuk mengikat arteri kelenjar susu dapat meredakan penyakit jantung. Untuk menguji efek placebo, beberapa pasien mengalami pembedahan lengkap sedang lainnya hanya menerima irisan di kulit, namun tidak dilakukan pembedahan lebih lanjut. Pada kedua percobaan, tingkat penyembuhannya sama. Pembedahan semacam ini pun lantas ditinggalkan.
Studi pada 1968 pada Pengobatan Psikosomatik menguraikan bagaimana suatu kesan dapat mempengaruhi serangan asma. Peneliti meminta pasien untuk menghisap substansi tanpa label yang diberitahukan pada mereka jika substansi tersebut akan mengganggu asma mereka untuk sementara. Ketika pasien menghisapnya, banyak yang mengalami serangan asma.
Mereka mulai mendesah, kesulitan bernafas, dan terengah-engah meskipun substansi yang mereka hisap adalah larutan garam yang tidak berbahaya. Kemudian, peneliti memberi pasien tersebut "penawar racun" yang dibuat dari larutan garam yang sama persis, dan menyaksikan bila napas yang mendesah dan berat telah berhenti.
Pada 1983 wawancara dengan Bapak Terapi Tertawa, Normandia Cousins, membahas artikel di halaman depan LA Times tentang permainan sepak bola SMU di mana empat orang menerima makanan yang mengandung racun. Dokter yang menangani kasus ini tidak tahu dengan pasti penyebabnya, sehingga mengeluarkan pernyataan umum untuk menghindari mesin penjual soft drink. Saat pengumuman ini dibuat, 191 orang menjadi sangat sakit, dan pergi ke rumah sakit setelah mereka meminum soft drink dari mesin penjual otomatis.
Suatu studi di Sekolah Kedokteran Baylor, yang diterbitkan pada 2002 di Jurnal Kedokteran Inggris mengevaluasi tindakan pembedahan pada pasien penderita sakit lutut yang parah. Ketua tim penulis Dr. Bruce Moseley, mengetahui bila pembedahan lutut akan dapat membantu pasiennya. Semua ahli bedah mengetahui tidak ada efek placebo pada pembedahan. Tetapi Moseley mencoba untuk memahami bagian mana dari tindakan pembedahan yang meringankan pasiennya.
Para pasien dibagi menjadi tiga kelompok. Pada kelompok pertama, Moseley mengangkat tulang rawan yang rusak di lutut. Pada kelompok lain, dia membersihkan sendi lutut, menyingkirkan material yang dianggap menyebabkan efek peradangan.
Kedua perawatan standar ini biasanya diberikan pada penderita encok lutut. Kelompok ketiga menjalani bedah pura-pura sebagai kontrol untuk membandingkan hasil pembedahan lainnya.
Ketiga kelompok mendapatkan perawatan paska operasi yang sama, termasuk program pelatihan. Namun hasilnya sungguh mengejutkan. Kelompok yang menjalani tindakan pembedahan, seperti yang diharapkan, membaik. Tetapi kelompok yang mendapatkan pembedahan Placebo juga membaik seperti dua kelompok lainnya.
Program acara televisi secara nyata menggambarkan hasil yang mengundang perhatian. Acara tersebut menunjukkan anggota kelompok placebo sedang berjalan dan bermain basket, ketika melakukan hal-hal tersebut mereka menyampaikan tidak dapat melakukannya sebelum dilakukan tindakan pembedahan.
Pasien dalam kelompok Placebo tidak mengetahui bila selama dua tahun mereka telah mendapat pembedahan pura-pura. Satu anggota kelompok Placebo, Tim Perez, yang berjalan dengan bantuan rotan sebelum pembedahan, kini mampu bermain basket dengan cucunya.
Istilah plasebo effect berasal dari Dr. Henry Beecher, seorang dokter tentara Amerika, pada masa perang Dunia ke I menemukan bahwa ada tentara yang meninggal bukan krn tertembak atau terkena ranjau, namun meninggal karena ketakutan yang hebat. Pada masa itu,banyak tentara yang terluka dan persediaan morfin sangat terbatas. Beecher scr tidak sengaja menemukan bahwa hampir semua rasa sakit dapat dikendalikan dan dihilangkan dengan memberikan suntikan air garam.
Ditahun 2002, sebuah studi yang di publikasi di The American Journal of Psychiatry melaporkan bahwa 38% penderita depresi terjadi perubahan Mood positif dan bertahan lama setelah diberi obat yang sebenarnya tablet biasa. Bahkan Scanning pada otak para pasen ini menunjukkan adanya peningkatan aliran darah dan aktivitas listrik. Keberhasilan efek plasebo sebesar 35%, bahkan pada bebera kasus tingkat keberhasilannya mencapai 80%.

BAGAIMANA PLASEBO BEKERJA
Teori kerja Plasebo, meliputi:
Teori Non‐interaktif
Karakteristik Individu
Individu‐individu tertentu memiliki karakteristik yang membuat mereka rentan terhadap efek plasebo (ketergantungan emosional, extroversi, neurosis, sugestif)
KarakterisitikPengobatan
Karakteristik dari proses yang sebenarnya terlibat dalam pengobatan placebo berkaitan dengan efektivitas atau tingkat efek placebo (operasi > suntikan > 2 obat > 1 obat).
Karakteristik Profesional Kesehatan
Jenis profesional dalam menjalankan pengobatan plasebo dapat menentukan tangka tefekplasebo.

Teori Interaktif
Bias Eksperimen
Teori Bias eksperimen menggambarkan harapan dokter, yang disampaikan kepada pasien, mengubah harapanpasien.
Harapan Pasien
Teori efek harapan menjelaskan secara langsung bahwa harapan pasien berasal dari pengobatan yang berhasil didapatkan sebelumnya. Jensen dan Karoly (1991) juga berpendapat bahwa motivasi pasien memiliki peran penting dalam efek plasebo, dan mereka membedakan antara motivasi pasien (keinginan untuk mengalami perubahan gejala) dengan harapan pasien (keyakinan bahwa perubahan gejalaakan terjadi).
Kesalahan Pelaporan
Kesalahan pelaporan terjadi karena adanya kesalahan dalam menjelaskan efek placebo, atau keliru dalam menjelaskan perubahan mengenai gejala plasebo.
Conditioning effects
Menurut teori pengkondisian, stimulus berkondisi (pengobatan) biasanya akan dikaitkan dengan respon berkondisi (pemulihan). Namun, jika stimulus berkondisi ini (pengobatan) dipasangkan dengan stimulus terkondisi (misalanya rumah sakit, jas putih), stimulus terkondisi dapat sendiri mendapatkan respon terkondisi (pemulihan, efek plasebo).
PenguranganKecemasan
Downing dan Rickles (1983) berpendapat bahwa plasebo mengurangi kecemasan, sehingga membantupasienuntukpulih.
Teori Fisiologis
Levine et al. (1978) mengungkapkan bahwa placebo dapat meningkatkan pelepasan endorfin (opiate) ‐ obat penghilang rasa sakit alami otak yang dapat mengurangi rasa sakit.


BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
        Plasebo adalah zat inert yang menyebabkan gejala yang muncul menjadi lebih baik serta zat yang menyebabkan perubahan pada gejala yang tidak berkaitan secara langsung dengan terapi farmakologi/operasi yang sengaja digunakan untuk efek yang tidak spesifik baik psikologis/fisiologis yang menyenangkan. Plasebo memiliki efef yaitu efek plasebo terjadi ketika seseorang berespon terhadap pengobatan atau tindakan lain karena sesuatu harapan bahwa pengobatan tersebut benar-benar bekerja. Efek plasebo antaralain  Gangguan yang dapat sembuh dengan sendirinya, penyembuhan, gejala yang berupa gangguan, perubahan perilaku, perubahan persepsi, pengurangan kecemasan., kimia otak., perubahan kondisi otak, dan efek tersebut di pengaruhi beberapa faktor antara lain, karakteristik obat kosong, sikap seseorang, hubungan antara dokter dan pasien. Perkembangan placebo sudah dimulai dari abad ke-18 hingga saat ini dengan berbagai penelitian yang menyatakan bahwa placebo dapat memberikan efek menyembuhkan tubuh dari berbagai penyakit ringan sesuai dengan kepercayaan tiap individu. Adanya teori kerja Plasebo hingga memeliki efek pada tubuh individu yaitu teori non-interaktif, teori interaktif, dan teori fisiologis.

DAFTAR PUSTAKA

Beedie. C. J, (2007). Placebo effects in competitive sport: qualitative data. Diambil pada tanggal 4 November 2017, dari http://www.jssm.org/vol6/n1/2/v6n1-2pdf.pdf

Daruna, 2004. The placebo effect in neurological disorders. Diambil pada tanggal 5 November 2017, dari http://www.thelancet.com/journals/laneur/article/PIIS1474-4422%2802%2900038-8/fulltext#article_upsell

Fernandez. R, Michael. S, & A. John (2002). The placebo effect in neurological disorders. Diambil pada tanggal 4 November 2017, dari http://www.thelancet.com/journals/laneur/article/PIIS1474-4422%2802%2900038-8/fulltext#article_upsell

Ogden, 2012. Health Psychology. Edisi 5: ENGLAND

Smeltzer & Bare, (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. EGC: Jakarta

http://betharimynez.blogspot.co.id/2010/10/efek-plasebo-dan-kesembuhan.html
diakses tanggal 5 november 2017

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/27518/Chapter%20II?sequence=4
diakses tanggal 5 november 2017

https://hellosehat.com/hidup-sehat/tips-sehat/apa-itu-efek-plasebo-obat-kosong/

diakses tanggal 5 november 2017

Komentar